Selasa, 31 Desember 2013

makalah pengembangan varietas unggul padi

 PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL
PADI SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN  KETAHANAN PANGAN INDONESIA


Oleh    :
1.      Bagas Akmala Putra              (A24130125)
2.      Indah Noviana                       (G34130073)
3.      Januar Ihsan Akuntantio         (A34130067)
4.      Nabilah Amany                      (E34130040)
5.      Putri Nur Haqiqi                    (G34130090)





TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013





KATA PENGANTAR
            Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas segala  rahmat-  Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Pengembangan Variestas Unggul Padi Sebagai Solusi Peningkatan Ketahanan Pangan Indonesia” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengakhiri kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu tentang pembuatan karya ilmiah yang telah dipaparkan guru bidang studi Bahasa Indonesia. Karya tulis menerangkan tentang tata cara pengembangan varietas unggul padi sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan Indonesia . Selain itu karya ilmiah ini juga dibuat untuk menambah wawasan pengetahuan mahasiswa-mahasiswi IPB  tentang pengembangan varietas unggul padi sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan Indonesia. Dalam hal ini penulis menggunakan metode yang sangat sederhana, sehingga karya ilmiah ini mudah diterima oleh para pembacanya.


Tim Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang...................................................................................................
1.2              Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3              Tujuan................................................................................................................
1.4              Manfaat..............................................................................................................
BAB II TEORI
            2.1       Ketahanan Pangan Nasional................................................................................
            2.2       Pemuliaan Tanaman.............................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
            3.1       Keadaan Pangan di Indonesia pada saat ini.........................................................
            3.2       Perilaku Konsumtif  Masyarakat terhadap Beras.................................................
3.3       Hal-hal yang Dilakukan untuk Mengoptimalkan Pembudidayaan Tanaman  Padi.....................................................................................................................
            3.4       Pengoptimalan Hasil Kualitas Tanaman Padi dengan Lahan yang Sama.................
            3.5       Pengaruh Varietas Padi yang Berbeda terhadap Hasil Produksi........................
            3.6       Perananan Mahasiswa dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................
              DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang 
            Pangan merupakan salah satu kebutuhan mendasar dalam pemenuhan aspirasi humanitik. ketahanan pangan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana semua rumah tangga baik fisik maupun ekonomi mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pangan untuk semua anggota keluarganya. Pentingnya penyediaan ketahanan pangan serta upaya pemenuhan konsumsi pangan internal menjadi sentral utama membangun pertanian. Walau bahan pangan lebih murah bila diimpor, ketahanan tentang penyediaan pangan juga sangat dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar dunia.
            Ketersediaan pangan memiliki tiga dimensi, yaitu rata-rata pasokan pangan yang tersedia (ketersediaan), kemampuan meminimalkan rumpang kemungkinan konsumsi pangan terhadap permintaan konsumsi (stabilitas), dan kemampuan untuk mendapatkan dan memproduksi pangan (aksesbilitas). Ada dua pilihan untuk mencapai suatu ketahanan pangan, yaitu swasembada pangan dan kecukupan pangan.  Swasembada pangan diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan yang sejauh mungkin berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan ketergantungan pada perdagangan pangan. sedangkan konsep kecukupan pangan berbeda dengan konsep swasembada pangan karena adanya variabel perdagangan internasional. Hal ini menuntut kemampuan menjaga tingkat produksi domestik ditambah dengan kemampuan untuk mengimpor agar kebutuhan pangan penduduknya tetap terpenuhi.
            Namun kondisi geografis yang menguntungkan serta dialokasikannya anggaran untuk ketahanan pangan tidak menjadikan Indonesia bebas dari permasalahan ketahanan pangan. Terdapatnya permasalahan ketahanan pangan / terdapatnya daerah rawan pangan di Indonesia dapat diketahui dari Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA) yang diterbitkan oleh World Food Programme (WFP) bekerja sama dengan De wan Ketahanan Pangan (DKP) Nasional pada tahun 2009. Pada tahun 2009 terdapat 100 kabupaten yang masih dalam kategori rawan pangan. Hal ini terasa janggal mengingat Indonesia memiliki potensi yang luar biasa secara geografis dan juga sudah dimasukkannya ketahanan pangan dalam alokasi anggaran negara.
           


Indonesia saat ini berada pada fase krisis pangan stadium empat atau sudah dalam kondisi sangat mengkhawatirkan. Alasannya, Indonesia sudah terlalu banyak mengimpor berbagai produk pangan. kebijakan impor pangan membuat rakyat kehilangan kemandirian dan terus menerus bergantung pada kepentingan asing. Di saat yang sama, kebijakan impor pangan juga membuat miskin petani Indonesia dan hanya menguntungkan para pengusaha importir hitam di sejumlah kementerian terkait.
1.2 Rumusan Masalah
                          Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa masalah yang nantinya akan dibahas di dalam karya ilmiah ini. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1.         Bagaimana keadaan pangan di Indonesia pada saat ini?
2.         Bagaimana perilaku konsumtif masyarakat Indonesia terhadap beras?
3.         Hal-hal apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pembudidyaan tanaman padi?
4.         Bagaimana pengaruh varietas padi yang berbeda terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi?
5.         Bagaimana peranan mahasiswa dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.         Mengetahui keadaan pangan di Indonesia pada saat ini
2.         Mengetahui perilaku konsumtif masyarakat Indonesia terhadap beras
3.         Mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pembudidayaan tanaman padi
4.         Mengetahui pengaruh varietas padi yang berbeda terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi
5.         Menjelaskan peranan mahasiswa dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan

1.4  Manfaat

Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.         Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya penggunaan varietas padi unggul untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal
2.         Memberikan solusi dalam upaya peningkatan ketahanan pangan Indonesia




BAB II

TEORI

2.1     Ketahanan Pangan Nasional
 Menurut PPRI No. 68 Tahun 2002, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan (Wibowo, 2002).
2.2     Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai perpaduan seni dan ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanaman dalam populasi sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pada awal perkembangan pemuliaan tanaman hanya didasarkan pada seni saja. Pemuliaan tanaman telah lahir sejak dikenalnya bahan pertanian, yaitu sejak manusia hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan dari alam, berpidah-pindah menjadi menetap sambil bertanam dan beternak. Pada waktu itu orang memilih jernis tanaman atau variasi antar tanaman yang lebih berguna. Pemilihan dalam populasi tanaman didasarkan atas perasaan, keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat pada tanaman. Tanaman yang terpilih selanjutnya dikembangbiakkan untuk dapat memenuhi kebutuhan petani.

Jadi, memilih (seleksi) dan memelihara (domestikasi) merupakan metode pemuliaan tanaman yang lahir pertama kali. Walaupun didasarkan atas seni, namun hasil 8 pemuliaan tanaman di jaman dahulu cukup menakjubkan. Sejak lahirnya teori Seleksi Alam dan Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin (1858), dan ditemukannya prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme oleh Gregor Mendel (1866), para ahli banyak melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas baru, berdasarkan atas seleksi keturunan. Dengaan dukungan ilmu-ilmu lain seperti: Botani, Fisiologi, Morfologi, Taksonomi, Sistimatik, Hama dam Penyakit, Statistik, Biokimia dan lain-lain, pemuliaan tanaman sebagai ilmu berkembang dengan pesat.
Akhirnya pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai suatu metode yang secara
sistematik merakit keragaman genetic menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang artinya memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan, seperti memilih plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan memilih galur yang akan dilepas sebagai varietas. Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan seleksi yang mengarah pada pengurangan keragaman.
Apabila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan yang luas, maka plasma nutfah yang diinginkan mempunyai keragaman genetik, adaptasi luas, relatif tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Tetapi bila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan khusus, informasi yang diperlukan adalah potensi hasil relatif dari masing-masing plasma nutfah. Pemilihan yang bijaksana terhadap plasma nutfah permulaan merupakan faktor penting untuk keberhasilan program itu. Pemilihan metode pemuliaan juga merupakan tanggung jawab penting dari pemulia tanaman. Suatu metode telah diketahui efisien baik dengan percobaan atau teoritis untuk tanaman tertentu, mungkin tidak berlaku untuk semua situasi. Efisiensi suatu metode dapat di pengaruhi oleh link-age, intensitas seleksi, besarnya populasi, heritabiltas, dan peran gen (gen action). Waktu yang dibutuhkan untuk setiap siklus pemuliaan harus diperhitungkan. Misalnya di daerah tropika, mungkin diperoleh dua atau tiga generasi setiap tahun, sedang di daerah beriklim sedang mungkin hanya satu kali setahun.
Secara faktual dan sulit dibantah bahwa pemuliaan tanaman telah mampu meningkatkan hasil dan kualitas tanaman secara cukup dramatis. Sebagai ilm dan teknologi, pemuliaan tanaman telah mampu memberikan sumbangan besar dalam mendukung penyediaan pangan bagi 6,5 milyar umat manusia di permukaan bumi saat ini. Dalam kurun waktu lebih kurang satu abad saja, pemuliaan tanaman telah mampu membentuk ratusan varietas, klon, atau galur baru yang lebih unggul (Nasir 2001).



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Pangan di Indonesia Dewasa ini
Pangan merupakan sesuatu yang esensi bagi siapa pun di dunia ini, termasuk masyarakat Indonesia. Di tengah krisis yang semakin memburuk, kondisi pangan bangsa ini tidak kunjung membaik, bahkan dinilai semakin memburuk, seiring dengn merabaknya kasus-kasus kelaparan dan malanutrisi yang merabak di daerah. Kondisi ini sangat memerhatikan mengingat bangsa ini kaya akan sumber daya alam dan memiliki sejarah sebagai bangsa agraris.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih berkutat dalam menanggulangi masalah gizi, masalah keamanan pangan menjadi penting untuk diperhatikan karena dampak yang ditimbulkannya  dapat memperparah masalah gizi yang sedang kita hadapi.
Pola hidup masyarakat yang masih terbelakang, membuat masyarakat kurang menyadari pentingnya keamanan pangan. Kesulitan ekonomi menyebabkan masyarakat tidak lagi memerdulikan masalah pangan yang utuh, baik, aman, serta sehat. Kasus merebaknya penggunaan formalin dan boraks pada makanan yang kini terjadi membuktikan rendahnya kesadaran masyarkat untuk menciptakan iklim yang baik bagi keamanan pangan. Nampaknya perlu peran pemerintah yang lebih proaktif dan antisipatif agar penyelewengan penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti pemakaian bubuk boraks dan formalin serta isu-isu lainnya seputar pangan yang sebenarnya yang sudah sejak dahulu dan menjadi rahasia publik di negara ini dapat diatasi dengan sistem pengaturan pangan yang tepat.
Salah satu kendala proses hukum produsen pengguna formalin adalah dampaknya yang tidak langsung. Suatu kemajuan dengan maraknya perbincangan tentang formalin di media massa telah melahirkan beberapa peraturan terbaru tentang formalin termasuk pemberian sanksi yang lebih tegas bagi para pelanggar.
Kendala lain dalam penegakan hukum dalam pengaturan pangan adalah jumlah produsen makanan rumah tangga terdaftar dan tidak terdaftar yang mencapai ribuan,  sedangkan aparat pengawas jumlahnya terbatas. Untuk mengatasi hal ini memerdayakan swadaya masyarakat secara aktif dalam menciptakan ketersediaan pangan yang aman dengan kesadaran individu dan secara kondusif  turut serta dalam menjaga rambu-rambu pengaturan pangan merupakan alternatif yang paling memungkinkan dari pada hanya bersandar pada kenampuan aparat pemerintah (Wijaya et al 2009).

3.2 Perilaku Konsumtif Masyarkat terhadap Beras
Ahli pertanian asal Institut Pertanian Bogor (IPB) Rachmat Pambudy menilai konsumsi beras masyarakat Indonesia saat ini terbilang tinggi. Konsumsi beras di Indonesia sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini. Konsumsi yang tinggi ini akibat dari kecenderungan sebagian besar petani Indonesia menggantungkan hidupnya dengan menanam padi. (Subantoro et all, 2008). Produksi gabah kering giling saat ini hanya 69 juta ton dan konsumsi beras nasional pada 2012 diperkirakan sebesar 34 juta ton. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan beras ini, perlu dilakukan upaya-upaya bermanfaat. Ada dua cara yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Pertama, memacu atau mempercepat peningkatan produksi beras. Cara pertama bisa dilakukan melalui tiga hal, yaitu menggunakan bibit yang lebih bagus, pupuk yang lebih berimbang dan metode penanaman yang lebih baik. Terkait metode penanaman yang baik, dianjurkan agar pemerintah lebih menggalakkan System of Rice Intensification (SRI) kepada petani-petani di Indonesia.  SRI merupakan suatu metode menanam padi dengan menggunakan bibit, pupuk dan air yang lebih sedikit, namun hasil produksinya bisa tinggi.
3.3 Hal-Hal yang dapat dilakukan untuk Mengoptimalkan Budidaya Tanaman Padi
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman padi, salah satunya yaitu dengan penggunaan metode SRI (System of Rice Intensification). Konsep dasar SRI yaitu pindah tanam satu bibit usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) per lubang dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm), dan pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah. Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air, pupuk kimia dan sebagainya). Teknis budidaya dengan metode SRI yaitu:

1.         Pengolahan Tanah
Untuk mendapatkan media tumbuh metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan diolah seperti menanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 m sambiI membenamkan sisa-sisa tanaman dan rumput-rumputan, kemudian digemburkan dengan garu,' lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air ketinggiannya di petakan sawah akan merata.

2.         Parit
Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.

3.         Pemilihan Benih yang Baik
Pemilihan benih bertujuan untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan eara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

·      Masukkan air bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut. Masukkan telur itik/bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur itik belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam dianggap cukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan garam.
·      Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
·      Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
·      Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dibilas dengan air biasa sampai bersih. Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.

4.         Perendaman Benih
Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempereepat benih untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48 jam.

5.         Penganginan Benih
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.

6.         Penyemaian Benih
Penyemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman. Pembuatan media persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:

·           Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1
·           Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang sudah dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapis  dengan daun pisang dengan harapan untuk mempermudah pencabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
·           Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi tanah.
·           Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
·           Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan ayam atau binatang lain.
·           Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.
7.         Pencaplakan
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk disilang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya dengan jarak tanam 30 m x 30 m, 35 m x 35 m, atau jarak tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.

3.4 Pengoptimalan Kualitas Hasil Produksi Padi pada Lahan yang Sama
       Saat ini Indonesia sedang dihadapkan dengan masalah konversi lahan pertanian yang cukup serius. Tidak dapat dielakkan jika konversi lahan pertanian sudah menjadi lahan industri maupun perumahan. Ketika lahan pertanian menyusut dan ketimpangan tidak teratasi, krisis ketersediaan pangan di depan mata. Pada gilirannya ini akan berdampak pada “Krisis Ketahanan Pangan”, karena ketahanan pangan yang pada awalnya sebagai tujuan dari pembangunan pertanian, menjadi sangat tergantung pada ketersediaan lahan pertanian. Oleh karena itu, sangat diperlukan  upaya yang dapat mengoptimalkan produksi padi pada lahan yang sempit.
       Dewasa ini, para peneliti telah berupaya untuk membuat padi varietas unggul. Keuntungan dari penggunaan padi varietas unggul antara lain mampu bertahan pada lahan yang minim nutrisi; lebih tahan terhadap hama; tahan terhadap kekurangan air; dan jumlah bulir padi yang lebih banyak pada satu tangkainya. Jika dibandingkan dengan produksi padi lokal dengan menggunakan lahan yang sama besar, maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak untuk varietas unggul. Bulir padi yang dihasilkan pun lebih berkualitas. Padi tersebut akan lebih harum serta lebih pulen setelah dimasak.

3.5 Pengaruh Varietas Padi yang Berbeda terhadap Hasil Produksi


       Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa hasil produksi terbanyak adalah 6,9 ton per hektar yang dihasilkan oleh varietas Cibodas yang dilepas pada tahun 1995. Didapatlan umur padi 123 hari dengan kualitas nasi yang sedang. Varietas ini tahan terhadap hama dan penyakit hawar daun/HDB. Sedangkan hasil produksi paling sedikit sebanyak 3-5 ton/hektar yang dihasilkan oleh varietas Cirata yang dilepas pada tahun 1996. Varietas ini tidak memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit apapun, namun memiliki kualitas nasi yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa semakin beragamnya varietas padi yang dilepas, didapatkan pula umur, hasil, rasa nasi, dan toleransi terhadap hama dan penyakit yang beragam pula.





            3.6 Peranan Petani terhadap Ketahanan Pangan
       Kunci untuk meningkatkan peran petani kecil dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan adalah dengan meningkatkan produksi dan akses pasar. Peningkatan produksi dilakukan melalui peningkatan efisiensi, penerapan teknologi, dan meningkatkan skala ekonomi usahatani yang akan menjamin penyediaan pangan secara berkelanjutan. Peningkatan akses petani terhadap pasar akan mendorong  peningkatan akses pangan masyarakat  secara fisik dan meningkatkan pendapatan petani. Petani harus segera berpindah dari sisten pertanian yang konvensional menjadi pertanian modern. Pertanian modern akan membuat produksi padi menjadi lebih efektif. Salah satu bentuk pengaplikasian dari pertanian modern adalah digunakannya varietas unggul. Salah satu jalan tempuh untuk meratakan penggunaan varietas unggul yaitu diadakannya penyuluhan kepada para petani mengenai manfaat penggunaan varietas unggul.



BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

            Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah bahwa dibutuhkannya kesadaran yang lebih dari seluruh warga negara dalam mempertahankan ketahanan pangan mengingat semakin memburuknya ketahanan pangan nasional. Terlebih lagi, peranan petani harus ditingkatkan dalam usaha mempertahankan ketahanan pangan. Diharapkan dengan hasil yang telah dioptimalkan, masyarakat dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional, sehingga ketahanan pangan nasional dapat menjadi lebih stabil.



 DAFTAR PUSTAKA

[Balitbang].2006.Pembudidayaan Varietas Padi.Jakarta[ID]:Balai Pustaka.

Nasir M.2001.Pengantar Pemuliaan Tanaman.Jakarta[ID]:Departemen Pendidikan Nasional.

Subantoro R et al.2008.Pemuliaan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Lokal Menjadi  
           Varietas Lokal yang Unggul.Mediagro: 22 Agustus: 4 (62-74).

Wibowo R.2002.Pertanian dan Pangan.Jakarta[ID]:Pustaka Sinar Harapan.

Wijaya H et all.2009.Standarisasi dan Legislasi Pangan Edisi 1.Jakarta[ID]:UT Press.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar