PENGEMBANGAN
VARIETAS UNGGUL
PADI
SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA
Oleh :
1. Bagas
Akmala Putra (A24130125)
2. Indah
Noviana (G34130073)
3. Januar
Ihsan Akuntantio (A34130067)
4. Nabilah
Amany (E34130040)
5. Putri
Nur Haqiqi (G34130090)
TINGKAT
PERSIAPAN BERSAMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2013
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
atas segala rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah dengan judul “Pengembangan Variestas Unggul Padi Sebagai Solusi
Peningkatan Ketahanan Pangan Indonesia” ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Karya ilmiah ini disusun dalam
rangka mengakhiri kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu
tentang pembuatan karya ilmiah yang telah dipaparkan guru bidang studi Bahasa
Indonesia. Karya tulis menerangkan tentang tata cara pengembangan varietas
unggul padi sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan Indonesia .
Selain itu karya ilmiah ini juga dibuat untuk menambah wawasan pengetahuan
mahasiswa-mahasiswi IPB tentang pengembangan
varietas unggul padi sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan Indonesia.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode yang sangat sederhana, sehingga karya
ilmiah ini mudah diterima oleh para pembacanya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................................
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3
Tujuan................................................................................................................
1.4
Manfaat..............................................................................................................
BAB II TEORI
2.1 Ketahanan Pangan Nasional................................................................................
2.2 Pemuliaan Tanaman.............................................................................................
2.2 Pemuliaan Tanaman.............................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Keadaan
Pangan di Indonesia pada saat ini.........................................................
3.2 Perilaku
Konsumtif Masyarakat terhadap Beras.................................................
3.3 Hal-hal yang Dilakukan untuk Mengoptimalkan
Pembudidayaan Tanaman Padi.....................................................................................................................
3.4 Pengoptimalan
Hasil Kualitas Tanaman Padi dengan Lahan yang Sama.................
3.5 Pengaruh
Varietas Padi yang Berbeda terhadap Hasil Produksi........................
3.6 Perananan
Mahasiswa dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan................
BAB IV SIMPULAN DAN
SARAN.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pangan merupakan salah satu
kebutuhan mendasar dalam pemenuhan aspirasi humanitik. ketahanan pangan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana semua rumah tangga baik fisik maupun
ekonomi mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pangan untuk semua
anggota keluarganya. Pentingnya penyediaan ketahanan pangan serta upaya
pemenuhan konsumsi pangan internal menjadi sentral utama membangun pertanian.
Walau bahan pangan lebih murah bila diimpor, ketahanan tentang penyediaan
pangan juga sangat dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar
dunia.
Ketersediaan pangan memiliki tiga
dimensi, yaitu rata-rata pasokan pangan yang tersedia (ketersediaan), kemampuan
meminimalkan rumpang kemungkinan konsumsi pangan terhadap permintaan konsumsi
(stabilitas), dan kemampuan untuk mendapatkan dan memproduksi pangan
(aksesbilitas). Ada dua pilihan untuk mencapai suatu ketahanan pangan, yaitu
swasembada pangan dan kecukupan pangan.
Swasembada pangan diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan yang
sejauh mungkin berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan ketergantungan
pada perdagangan pangan. sedangkan konsep kecukupan pangan berbeda dengan
konsep swasembada pangan karena adanya variabel perdagangan internasional. Hal
ini menuntut kemampuan menjaga tingkat produksi domestik ditambah dengan
kemampuan untuk mengimpor agar kebutuhan pangan penduduknya tetap terpenuhi.
Namun
kondisi geografis yang menguntungkan serta dialokasikannya anggaran untuk
ketahanan pangan tidak menjadikan Indonesia bebas dari permasalahan ketahanan
pangan. Terdapatnya permasalahan ketahanan pangan / terdapatnya daerah rawan
pangan di Indonesia dapat diketahui dari Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA) yang diterbitkan oleh World Food Programme
(WFP) bekerja sama dengan De wan Ketahanan Pangan (DKP) Nasional pada tahun
2009. Pada tahun 2009 terdapat 100 kabupaten yang masih dalam kategori rawan
pangan. Hal ini terasa janggal mengingat Indonesia memiliki potensi yang luar
biasa secara geografis dan juga sudah dimasukkannya ketahanan pangan dalam
alokasi anggaran negara.
Indonesia
saat ini berada pada fase krisis pangan stadium empat atau sudah dalam kondisi
sangat mengkhawatirkan. Alasannya, Indonesia sudah terlalu banyak mengimpor berbagai
produk pangan. kebijakan impor pangan membuat rakyat kehilangan kemandirian dan
terus menerus bergantung pada kepentingan asing. Di saat yang sama, kebijakan
impor pangan juga membuat miskin petani Indonesia dan hanya menguntungkan para
pengusaha importir hitam di sejumlah kementerian terkait.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa
masalah yang nantinya
akan dibahas di dalam karya ilmiah ini. Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah :
1.
Bagaimana
keadaan pangan di Indonesia pada saat ini?
2.
Bagaimana
perilaku konsumtif masyarakat Indonesia terhadap beras?
3.
Hal-hal
apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pembudidyaan tanaman padi?
4.
Bagaimana
pengaruh varietas padi yang berbeda terhadap kualitas dan kuantitas hasil
produksi?
5.
Bagaimana
peranan mahasiswa dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari penulisan karya ilmiah
ini adalah :
1.
Mengetahui
keadaan pangan di Indonesia pada saat ini
2.
Mengetahui
perilaku konsumtif masyarakat Indonesia terhadap beras
3.
Mengetahui
hal-hal apa
saja yang dapat
dilakukan untuk mengoptimalkan pembudidayaan tanaman
padi
4.
Mengetahui
pengaruh varietas padi yang berbeda terhadap kualitas dan kuantitas hasil
produksi
5.
Menjelaskan
peranan mahasiswa dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan
1.4 Manfaat
Manfaat
dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.
Memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya penggunaan varietas padi unggul
untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal
2.
Memberikan
solusi dalam upaya peningkatan ketahanan pangan Indonesia
BAB II
TEORI
2.1
Ketahanan
Pangan Nasional
Menurut
PPRI No. 68 Tahun 2002, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. ketahanan pangan merupakan
tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada
abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya
mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan
lokal yang mengandung keragaman antar daerah. Ketersediaan pangan berfungsi
menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi
kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat
dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan
pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan (Wibowo, 2002).
2.2 Pemuliaan
Tanaman
Pemuliaan
tanaman didifinisikan sebagai perpaduan seni dan ilmu pengetahuan yang
mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanaman dalam populasi sehingga
lebih bermanfaat bagi manusia. Pada awal perkembangan pemuliaan tanaman hanya
didasarkan pada seni saja. Pemuliaan tanaman telah lahir sejak dikenalnya bahan
pertanian, yaitu sejak manusia hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan
dari alam, berpidah-pindah menjadi menetap sambil bertanam dan beternak. Pada
waktu itu orang memilih jernis tanaman atau variasi antar tanaman yang lebih
berguna. Pemilihan dalam populasi tanaman didasarkan atas perasaan,
keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat pada tanaman. Tanaman yang
terpilih selanjutnya dikembangbiakkan untuk dapat memenuhi kebutuhan petani.
Jadi, memilih (seleksi) dan memelihara
(domestikasi) merupakan metode pemuliaan tanaman yang lahir pertama kali.
Walaupun didasarkan atas seni, namun hasil 8 pemuliaan tanaman di jaman dahulu
cukup menakjubkan. Sejak lahirnya teori Seleksi Alam dan Evolusi yang dikemukakan
oleh Darwin (1858), dan ditemukannya prinsip-prinsip penurunan sifat pada
organisme oleh Gregor Mendel (1866), para ahli banyak melakukan penelitian
untuk mendapatkan varietas baru, berdasarkan atas seleksi keturunan. Dengaan
dukungan ilmu-ilmu lain seperti: Botani, Fisiologi, Morfologi, Taksonomi,
Sistimatik, Hama dam Penyakit, Statistik, Biokimia dan lain-lain, pemuliaan tanaman
sebagai ilmu berkembang dengan pesat.
Akhirnya pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai
suatu metode yang secara
sistematik merakit keragaman genetic
menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang artinya
memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan, seperti memilih plasma
nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih
genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan memilih
galur yang akan dilepas sebagai varietas. Seleksi dapat dilakukan secara efektif
pada populasi tergantung pada tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya
tergantung dari penyusun suatu populasi yang terdiri dari individu-individu
dengan genetik berbeda. Seleksi pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman
sebagai tetua/ parental, dan mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang
baik sebagai tetua. Strategi perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan
yang berlawanan, yaitu pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam
populasi, dan seleksi yang mengarah pada pengurangan keragaman.
Apabila program pemuliaan tanaman
mempunyai tujuan yang luas, maka plasma nutfah yang diinginkan mempunyai
keragaman genetik, adaptasi luas, relatif tahan terhadap hama dan penyakit
tertentu. Tetapi bila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan khusus,
informasi yang diperlukan adalah potensi hasil relatif dari masing-masing
plasma nutfah. Pemilihan yang bijaksana terhadap plasma nutfah permulaan
merupakan faktor penting untuk keberhasilan program itu. Pemilihan metode
pemuliaan juga merupakan tanggung jawab penting dari pemulia tanaman. Suatu
metode telah diketahui efisien baik dengan percobaan atau teoritis untuk
tanaman tertentu, mungkin tidak berlaku untuk semua situasi. Efisiensi suatu
metode dapat di pengaruhi oleh link-age, intensitas seleksi, besarnya populasi,
heritabiltas, dan peran gen (gen action). Waktu yang dibutuhkan untuk setiap
siklus pemuliaan harus diperhitungkan. Misalnya di daerah tropika, mungkin
diperoleh dua atau tiga generasi setiap tahun, sedang di daerah beriklim sedang
mungkin hanya satu kali setahun.
Secara
faktual dan sulit dibantah bahwa pemuliaan tanaman telah mampu meningkatkan
hasil dan kualitas tanaman secara cukup dramatis. Sebagai ilm dan teknologi,
pemuliaan
tanaman telah mampu memberikan sumbangan besar dalam mendukung penyediaan
pangan bagi 6,5 milyar
umat manusia di permukaan bumi saat ini. Dalam kurun waktu lebih kurang satu abad saja,
pemuliaan tanaman telah mampu membentuk ratusan varietas, klon, atau galur baru
yang lebih unggul (Nasir 2001).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Pangan di
Indonesia Dewasa ini
Pangan
merupakan sesuatu yang esensi bagi siapa pun di dunia ini, termasuk masyarakat
Indonesia. Di tengah krisis yang semakin memburuk, kondisi pangan bangsa ini
tidak kunjung membaik, bahkan dinilai semakin memburuk, seiring dengn merabaknya
kasus-kasus kelaparan dan malanutrisi yang merabak di daerah. Kondisi ini
sangat memerhatikan mengingat bangsa ini kaya akan sumber daya alam dan
memiliki sejarah sebagai bangsa agraris.
Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih berkutat dalam
menanggulangi masalah gizi, masalah keamanan pangan menjadi penting untuk
diperhatikan karena dampak yang ditimbulkannya
dapat memperparah masalah gizi yang sedang kita hadapi.
Pola
hidup masyarakat yang masih terbelakang, membuat masyarakat kurang menyadari
pentingnya keamanan pangan. Kesulitan ekonomi menyebabkan masyarakat tidak lagi
memerdulikan masalah pangan yang utuh, baik, aman, serta sehat. Kasus
merebaknya penggunaan formalin dan boraks pada makanan yang kini terjadi
membuktikan rendahnya kesadaran masyarkat untuk menciptakan iklim yang baik
bagi keamanan pangan. Nampaknya perlu peran pemerintah yang lebih proaktif dan
antisipatif agar penyelewengan penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti
pemakaian bubuk boraks dan formalin serta isu-isu lainnya seputar pangan yang
sebenarnya yang sudah sejak dahulu dan menjadi rahasia publik di negara ini
dapat diatasi dengan sistem pengaturan pangan yang tepat.
Salah
satu kendala proses hukum produsen pengguna formalin adalah dampaknya yang
tidak langsung. Suatu kemajuan dengan maraknya perbincangan tentang formalin di
media massa telah melahirkan beberapa peraturan terbaru tentang formalin
termasuk pemberian sanksi yang lebih tegas bagi para pelanggar.
Kendala
lain dalam penegakan hukum dalam pengaturan pangan adalah jumlah produsen
makanan rumah tangga terdaftar dan tidak terdaftar yang mencapai ribuan, sedangkan aparat pengawas jumlahnya terbatas.
Untuk mengatasi hal ini memerdayakan swadaya masyarakat secara aktif dalam
menciptakan ketersediaan pangan yang aman dengan kesadaran individu dan secara
kondusif turut serta dalam menjaga
rambu-rambu pengaturan pangan merupakan alternatif yang paling memungkinkan
dari pada hanya bersandar pada kenampuan aparat pemerintah (Wijaya et al 2009).
3.2 Perilaku Konsumtif
Masyarkat terhadap Beras
Ahli
pertanian asal Institut Pertanian Bogor (IPB) Rachmat Pambudy menilai konsumsi
beras masyarakat Indonesia saat ini terbilang tinggi. Konsumsi beras di
Indonesia sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita dengan jumlah
penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini. Konsumsi yang tinggi ini akibat
dari kecenderungan sebagian besar petani Indonesia menggantungkan hidupnya
dengan menanam padi. (Subantoro et all,
2008). Produksi gabah kering giling saat ini hanya 69 juta ton dan konsumsi
beras nasional pada 2012 diperkirakan sebesar 34 juta ton. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kekurangan beras ini, perlu dilakukan upaya-upaya bermanfaat.
Ada dua cara yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Pertama, memacu atau
mempercepat peningkatan produksi beras. Cara pertama bisa dilakukan melalui
tiga hal, yaitu menggunakan bibit yang lebih bagus, pupuk yang lebih berimbang
dan metode penanaman yang lebih baik. Terkait metode penanaman yang baik,
dianjurkan agar pemerintah lebih menggalakkan System of Rice Intensification
(SRI) kepada petani-petani di Indonesia.
SRI merupakan suatu metode menanam padi dengan menggunakan bibit, pupuk
dan air yang lebih sedikit, namun hasil produksinya bisa tinggi.
3.3
Hal-Hal yang dapat dilakukan untuk Mengoptimalkan Budidaya Tanaman Padi
Terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman padi,
salah satunya yaitu dengan penggunaan metode SRI (System of Rice Intensification).
Konsep dasar SRI yaitu pindah tanam satu bibit usia sangat muda (7-14 hari
setelah semai) per lubang dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm), dan
pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah. Apabila
konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan diperoleh panen
padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air, pupuk kimia
dan sebagainya). Teknis budidaya dengan metode SRI yaitu:
1.
Pengolahan
Tanah
Untuk
mendapatkan media tumbuh metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan diolah
seperti menanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 m
sambiI membenamkan sisa-sisa tanaman dan rumput-rumputan, kemudian digemburkan
dengan garu,' lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air
ketinggiannya di petakan sawah akan merata.
2.
Parit
Pada petak SRI
perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air.
Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak,
serta dimensi saluran irigasi.
3.
Pemilihan
Benih yang Baik
Pemilihan benih
bertujuan untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode
SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan
dengan eara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
· Masukkan air
bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut.
Masukkan telur itik/bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur
itik belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam
dianggap cukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan
garam.
· Masukkan benih
padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan garam. Aduk benih
padi selama kira-kira satu menit.
· Pisahkan benih
yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang
bermutu baik atau bernas.
· Benih yang baik
atau bernas ini, kemudian dibilas dengan air biasa sampai bersih. Dengan
indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
4.
Perendaman
Benih
Benih yang telah
diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini
bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempereepat benih untuk
berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48 jam.
5.
Penganginan
Benih
Benih yang telah
direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori
atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih
padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab. Penganginan dilakukan selama
24 jam.
6.
Penyemaian
Benih
Penyemaian
dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek
atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman.
Pembuatan media persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan
langkah-Iangkah sebagai berikut:
·
Mencampur
tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1
·
Sebelum
nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang sudah
dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapis dengan daun pisang dengan harapan untuk
mempermudah pencabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan
dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
·
Benih
yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi tanah.
·
Setelah
benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
·
Persemaian
dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan ayam atau
binatang lain.
·
Selama
masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap
lembab dan tanaman tetap segar.
7.
Pencaplakan
Sebelum
penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan memakai caplak agar
jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk
disilang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi
jarak tanam diantaranya dengan jarak tanam 30 m x 30 m, 35 m x 35 m, atau jarak
tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap
pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit
padi.
3.4
Pengoptimalan Kualitas Hasil Produksi Padi pada Lahan yang Sama
Saat ini Indonesia sedang dihadapkan
dengan masalah konversi lahan pertanian yang cukup serius. Tidak dapat
dielakkan jika konversi lahan pertanian sudah menjadi lahan industri maupun
perumahan. Ketika lahan pertanian menyusut dan ketimpangan tidak teratasi,
krisis ketersediaan pangan di depan mata. Pada gilirannya ini akan berdampak
pada “Krisis Ketahanan Pangan”, karena ketahanan pangan yang pada awalnya
sebagai tujuan dari pembangunan pertanian, menjadi sangat tergantung pada
ketersediaan lahan pertanian. Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya yang dapat mengoptimalkan produksi padi
pada lahan yang sempit.
Dewasa ini, para peneliti telah berupaya
untuk membuat padi varietas unggul. Keuntungan dari penggunaan padi varietas
unggul antara lain mampu bertahan pada lahan yang minim nutrisi; lebih tahan
terhadap hama; tahan terhadap kekurangan air; dan jumlah bulir padi yang lebih
banyak pada satu tangkainya. Jika dibandingkan dengan produksi padi lokal
dengan menggunakan lahan yang sama besar, maka akan diperoleh hasil yang lebih
banyak untuk varietas unggul. Bulir padi yang dihasilkan pun lebih berkualitas.
Padi tersebut akan lebih harum serta lebih pulen setelah dimasak.
3.5 Pengaruh Varietas
Padi yang Berbeda terhadap Hasil Produksi
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa
hasil produksi terbanyak adalah 6,9 ton per hektar yang dihasilkan oleh
varietas Cibodas yang dilepas pada tahun 1995. Didapatlan umur padi 123 hari
dengan kualitas nasi yang sedang. Varietas ini tahan terhadap hama dan penyakit
hawar daun/HDB. Sedangkan hasil produksi paling sedikit sebanyak 3-5 ton/hektar
yang dihasilkan oleh varietas Cirata yang dilepas pada tahun 1996. Varietas ini
tidak memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit apapun, namun memiliki
kualitas nasi yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa semakin beragamnya varietas
padi yang dilepas, didapatkan pula umur, hasil, rasa nasi, dan toleransi
terhadap hama dan penyakit yang beragam pula.
3.6 Peranan Petani terhadap Ketahanan
Pangan
Kunci
untuk meningkatkan peran petani kecil dalam mewujudkan ketahanan pangan yang
berkelanjutan adalah dengan meningkatkan produksi dan akses pasar. Peningkatan
produksi dilakukan melalui peningkatan efisiensi, penerapan teknologi, dan
meningkatkan skala ekonomi usahatani yang akan menjamin penyediaan pangan
secara berkelanjutan. Peningkatan akses petani terhadap pasar akan mendorong
peningkatan akses pangan masyarakat secara fisik dan meningkatkan
pendapatan petani. Petani harus segera berpindah dari sisten pertanian yang
konvensional menjadi pertanian modern. Pertanian modern akan membuat produksi
padi menjadi lebih efektif. Salah satu bentuk pengaplikasian dari pertanian
modern adalah digunakannya varietas unggul. Salah satu jalan tempuh untuk
meratakan penggunaan varietas unggul yaitu diadakannya penyuluhan kepada para
petani mengenai manfaat penggunaan varietas unggul.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah bahwa dibutuhkannya kesadaran
yang lebih dari seluruh warga negara dalam mempertahankan ketahanan pangan
mengingat semakin memburuknya ketahanan pangan nasional. Terlebih lagi, peranan
petani harus ditingkatkan dalam usaha mempertahankan ketahanan pangan.
Diharapkan dengan hasil yang telah dioptimalkan, masyarakat dapat berkontribusi
dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional, sehingga ketahanan pangan nasional
dapat menjadi lebih stabil.
DAFTAR
PUSTAKA
[Balitbang].2006.Pembudidayaan
Varietas Padi.Jakarta[ID]:Balai
Pustaka.
Nasir M.2001.Pengantar
Pemuliaan Tanaman.Jakarta[ID]:Departemen
Pendidikan Nasional.
Subantoro R et al.2008.Pemuliaan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Lokal Menjadi
Varietas Lokal yang Unggul.Mediagro: 22 Agustus: 4 (62-74).
Wibowo R.2002.Pertanian
dan Pangan.Jakarta[ID]:Pustaka
Sinar Harapan.
Wijaya H et all.2009.Standarisasi dan Legislasi Pangan Edisi 1.Jakarta[ID]:UT Press.